Selasa, 11 Juni 2013

Cerita yang terpenggal



Butiran air yang turun malam itu menambah aroma segar yang hinggap dihidungku. Terasa pekat dan begitu menusuk. Kupercepat langkahku tanpa mempedulikannnya, sambil beberapa kali kulirik jam tanganku yang mulai menunjukkan pukul 8 malam.  Sebenarnya aku ingin menikmati perjalanan ini,. Berlajan sendiri dan memecah genangan air yang tenang di aspal membuat hatiku nyaman. Namun, entah mengapa hawa dingin tak henti-hentinya menyapu tengkuk leherku, membuatku ingin segera beselimut di kasur kamarku. Menginjak pekarangan rumah Supri, tetanggaku hawa dingin kian kuat berhembus. Otakku mulai mencari logika atas semua ini, “hhmm,, wajar saja dingin.. memang akhir-akhir ini sedang musim hujan”, ucapku menenagkan hati.
               Pekarangan rumah Supri terasa lebih panjang dari biasanya. Tepat di depan rumah Supri, entah mengapa rasanya ingin sekali aku menoleh kearah jendela remang-remang rumahnya.

1 komentar: