Hujan Kelam
Hujan dan kelam
Lembaran
potretmu berantakan, berdesakan memenuhi otakku
Kian mendayu
nada yang datang bersamamu
Roda tak
berhenti berputar, membawa kita pada awan
Bersama
dentingan senar dan aku menghirup aromamu dalam-dalam
Kau
mendekapku dan memeluk tanganku
Jalan yang kita tapaki masih menjadi
saksi
Kita pernah disini..
Menginjak genangan air dan membuat serangga
kecil di sepatu kita ketakutan
Rumput saja bercerita pada senja,
Tentang kisah “Usman bin Affan” yang
kubawa
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga daun yang jatuh
Bergelayut manja pada dahan, seakan enggan menapaki
tanah
Aku bernapas bersama gelapnya malam dan hujan
Tak
bergeming hingga hujan tak berisik lagi. Tak bergerak
Dan kini
daun dan tanah menyatu
Sedang air
hujan tersesat dan hilang
Sayang, kini
kau tak lagi pulang..
Malang, April 6th 2013
at 07.53 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar